Jumat, 27 April 2012

Memetik Hikmah Dalam Peliknya Pekerjaan

Tanggal 25 April 2012 kemarin adalah hari paling istimewa dan cukup bersejarah dalam kehidupan saya. Bagaimana tidak, hari itu adalah hari pertama secara formal saya menerima gaji dari hasil pekerjaan saya sebagai Sales Representaive di salah satu bank terkemuka di Indonesia. 

Pekerjaan yang saya lakukan memang tampak mudah, namun memerlukan effort tingkat tinggi untuk tetap bisa bertahan. Pekerjaan semacam ini sebenarnya bisa dilakukan oleh mereka yang hanya tamatan dari sekolah menengah, hal ini karena jenis pekerjaannya yang dilakukan di lapangan dan hanya menjual produk dengan sedikit kewajiban untuk menyelesaikan administrasi.

Meski demikian, pekerjaan ini telah membawa wajah baru bagi saya. Hal pertama yang saya pelajari adalah pembiasaan diri untuk bangun pagi dan mengatur waktu untuk sampai tiba di tempat kerja tepat waktu. Kedua, saya mulai membiasakan diri dengan tekanan untuk pencapaian target dari kepala cabang agar cabang di mana saya bekerja tidak menjadi incaran makian area atau kanwil. Adakalanya pada saat pertemuan pagi saya diberi tepuk tangan, dan adakalanya saya disemprot makian dan ocehan tawa dari seluruh rekanan.

“Berpa pencapaian kamu Doni?” pertanyaan rutin kepala cabang saat pertemuan. Pernah dalam minggu pertama saya bekerja, saya tidak satupun menemukan nasabah atau merchant yang ingin memasang Electronic Data Chapter (EDC). “Dalam seminggu kamu NOOL” pengucapan kata nol dengan penekanan khas Sumatera Utara menjadi kata paling familiar hingga saat ini.

Saya masuk ke bank tersebut melalui pihak ketiga atau outsourcing, dan saya menyadari adanya perbedaan jarak dan harga antara kami yang melalui outsource dan mereka yang organik. Kinerja saya tak ubahnya dengan kinerja mesin foto copy di perusahaan tersebut, ketika mesin itu bisa terpakai, maka mesin itu akan terus disewa, dan ketika mesin itu rusak, maka dikembalikan.

Saya menyadari tidak ada jenjang karir atau packlaring yang bagus dengan pekerjaan sekarang ini, namun saya menemukan keuntungan lain selain dari gaji dalam pekerjaan ini. Saya selalu bertanya pada officer tentang pengertian cek, giro, deposit, RTGS dan istilah-istilah bank lainya. Saya menganggap ini adalah keuntungan terbesar bagi saya.

Menjadi sales tak ubahnya seperti kita berperan menjadi custumer. Di sini pula saya belajar tentang bagaimana sebuah pelayanan. Pernah saya mendapatkan pelayanan yang sangat ramah dari seorang yang saya tawari EDC di suatu mall di bilangan Kuningan, meski ia tidak terpengaruh dan tidak ingin memasang mesin EDC di tempat usahanya, ia menghargai saya sebagai orang profesi. Ia begitu ramah dan sahaja, menyodorkan air minum kemasan gelas ketika suara saya serak. Di luar alam sadar saya waktu itu, justru saya yang ingin membeli produknya apabila saya mampu. Dan di dalam alam sadar saya, saya meminta brosur promosi toko tersebut ketika saya hendak pamit, kemudian saya perbanyak dengan fasilitas kantor dan menyebarkanya sembari saya terus memasarkan EDC. Ini mungkin salah satu contoh, bahwa keikhlasan adalah metode komunikasi persuasif yang paling akurat.

Saya ikhlas menjalankan pekrjaan ini meski sangat jauh dari apa yang saya pelajari, dari apa yang saya tekuni. Namun jika ini jalan sementara untuk perbaikan kualitas pribadi, maka saya ingin membuang banyak mimpi dalam kehidupan ini, dan mencoba setiap kesempatan yang menghampiri. 

Kembali seperti saya ungkapkan di atas. Jika memang kemampuan atau tenaga manusia kini tak ubahnya seperti mesin foto copy, bagaimana kalau aku bisa seperti foto copy yang mampu mengkopi 5 lembar per second. Ada yang mau menyewa saya?


0 komentar:

Posting Komentar