Selasa, 25 Desember 2012

Puisi Jiwa

Aku seperti pemintal kebohongan yang berjuang keras agar tampak benar. Setiap isi kataku ku olah agar tak berbenturan apa yang aku katakan padanya dan pada dia. Kebenaran yang dibuat dari kebohongan ternyata hanya merajut  tenunan hidupku. Kebohongan itu seperti nyata dalam hidupku, menguasai alam sadar dan bawah sadarku.

Aku terperdaya oleh senyumnya yang ranum dan manja, tapi aku juga terlena oleh kematangan dan kesabaran dari dia yang menjadi pertama namun seolah yang kedua. Aku selalu berkata dengan balutan keindahan sutera untuk menutupi belacu yang menjadi isinya. Entah kalian mempercayaiku atau justru kalian tertawa terbahak melihat kehampaanku karena terisi dua jiwa.

Kalian berdua seperti telaga bening kembar di tengah sahara, aku pengembara yang tak mampu menimba. Entah itu karena dasar kalian yang begitu dalam atau malah kalian hanya fatamorgana yang mengaburkan oase yang sedang kucari.

Dengannya, pernah ku ukir namanya dan namaku bersandingan dengan hiasan rerumputan liar pantai samudra hindia. Kami berlari menghindari ombak yang menyapu ukiran pasir kami.

Dengan dia, aku pernah mengeja kehidupan ibukota, dia mengajarkanku untuk tetap bahagia, menemaniku dalam cibiran manusia Jakarta, sehingga aku merasa jadi manusia atau bahkan raja.

Ah kalian……

Kalian tahu aku adalah pemintal kebohongan
Apakah sulaman kata-kataku seperti renda makna yang sulit kalian lupa
Padahal aku tak pernah mengingat semua  

READ MORE - Puisi Jiwa