Jumat, 30 Agustus 2013

Senyum Kalian Adalah Penjaga Semangat Kehidupan

Hi adik-adikku, tahu kah kalian, bahwa foto kalian ternyata menjadi juara dua dalam perlombaan Family Does Matter yang diadakan dalam acara outing staff di kantor kakakmu ini. Kakak juga ingin meminta maaf karena kaka tidak pamit dulu pada kalian, untuk memamerkan wajah kalian yang lucu-lucu di hadapan para juri. Kalian tahu, meski foto yang kaka kirimkan tidak dilengkapi oleh deskripsi panjang lebar, tapi cukup menjadikan gambar kalian menjadi juara. Saat kaka diminta untuk mendiskripsikan foto dan juga bagaimana posisi keluarga untuk kakak, tidak sedikit dari para audiens yang sampai mencucurkan air matanya, sama-sekali bukan tentang malangnya nasib kita yang kaka ceritakan, tapi tentang bagaimana kerasnya kita mengejar impian.

Dari kompetisi itu, kakak mendapatkan voucher menginap gratis di hotel cukup mewah di Jakarta, Namun kakak lebih memilih menjual voucher tersebut karena uang pangkal pendidikan Sera belum sepenuhnya selesai, kakak juga merasa asupan gizi dan kesehatan kalian saat ini adalah hal yang lebih penting.

Ya, akhir-akir ini sering sekali kakak memperkenalkan kalian pada kecerian dan keriangan yang dimiliki oleh anak-anak sesusia kalian pada umumnya. Sama-sekali kakak tidak memiliki tujuan agar kalian mengenal dunia hedonis, tapi karena semata kalian adalah adik-adik lucu yang memang harus hidup dalam kecerian. Ya, kita memang bukan berasal dari keluarga yang berada adiku, tapi apa yang telah kaka kenalkan pada kalian semoga menjadi gambaran agar kalian berani bermimpi.

Kepedihan macam apapun yang dialami kakak semasa kecil, jangan sampai kalian rasakan. Tapi kerja keras kakakmu dalam rangka mewujudkan mimpi-mimpinya layak kalian tiru. Kalian harus memahami bahwa, sebagian dari kerja keras kakamu adalah usaha untuk meningkatkan drajat dan martabat keluarga kita. Pendidikan, kemandirian ekonomi, kesantunan adalah rumusan kakak untuk meningkatkan harkat dan derajat keluarga kita.

Kakak tidak menginginkan bahwa suatu hari semyum kalian musnah karena kalian tidak mendapatkan akses pendidikan, tidak hidup dalam kelayakan, dan terpenjara dalam kebodohan. Kini kita telah memiliki rumah yang layak, kecukupan fasilitas belajar, dan hal lainnya yang patut kita syukuri. Tapi misi kita belum selesai adik-adikku, kita harus bisa membebaskan keluarga dari RASKIN, JAMKESMAS, BLSM dan lainnya.

Untuk kakak, menjadikan kalian sarjana adalah mimpi dan doa dari segala apapun yang kakak lakukan.


READ MORE - Senyum Kalian Adalah Penjaga Semangat Kehidupan

Kamis, 11 Juli 2013

Bullying

I have learned so much about bullying recently. Now, I know how awful bullying truly is. Some people bully because they have been bullied themselves and they want other's to understand what its like, but they should truly know not to bully because they have experienced how awful it is themselves. instead of bullying others and putting them through that awful time, why not just talk someone, help them understand what it is like without making them suffer.

I learned that you can get a lot more comfort from talking to a friend instead of bullying another, you should never ever bully anyone no matter what they have done because no one deserves to go through that.  even saying one little mean thing is damaging to someone because likely others will add other mean comments. those little things you say will likely be remembered by that person for a very long time if not forever. So they will always feel bad about themselves. No one wants to be bullied. So in conclusion I have learned how important to deal with every bullying occurred to me and to beg a pardon to peoples who had bullied by me.


READ MORE - Bullying

Sabtu, 22 Juni 2013

Merasa Kerdil

Lama sekali rasanya tidak menyapa ruang penumpahan isi pikir dan isi hati ini. Padatnya pekerjaan lapangan maupun pekerjaan tulisan, hanya meyisakan lelah di ruang yang tak lagi ada matahari. Ruang pikirku hanya teraplikasikan dalam keseharian, ini akan menjadi sejarah setelah tergantikan hari berikutnya (meski seringnya tanpa apresiasi dan atefak).

Ya, perjalanan ini unik, kadang merasa diri kita menjadi semakin matang dan lebih sering menjadikan diri kita semakin kerdil. Teringat suatu hari pada saat interview di salah satu NGO Internasional, mereka meminta saya untuk menggambarkan diri pribadi saya, dengan sangat mudah saya mampu menggambarkan pribadi pengkhayal dengan daya khayalnya. Namun setahun berselang sejak saat itu, kembali saya diminta untuk menggambarkan pribadi oleh NGO di mana saya sekarang bekerja; dan saya sangat kesusahan.

Malam ini saya mencoba mencari alasan kenapa bisa terjadi seperti itu. Lama tidak menemukan jawaban, semua spekulasi hanya meningalkan ketidakpuasan.

Apakah karena dulu saya selalu berpikir sistematis dengan pendekatan egois yang hanya melihat dari sisi pandang dan khayal yang ada pada diri sendiri? “Tidak! Dulu juga saya melihat aspek lain yang ada di luar saya”. Apakah dulu saya bekerja untuk membuat rencana dan saat ini saya mengerjakan rencana? Huh...terus mengalir pertanyaan yang memperbandingkan dulu dan kini.

Merencanakan sesuatu yang besar, mengubah cara pandang komunitas, menjadi aktor di panggung sosial, adalah rutinitas sepanjang malam. Pada saat giliranya matahari terbit, terlalu lelah untuk implementasi ide sepanjang malam tadi. Begitulah kehidupanku di tahun-tahun lalu.

Sekembalinya dari perantauan dan kembali ke rumah dan keluarga, kini aku enggan untuk berbicara meski mereka meminta. Mereka berbicara peluang, menunjukan kedigdayaan, memamerkan peran, dan hal-hal semu lainya yang dulu sangat ingin digapai.

Di hari kedua keberadaanku di rumah, bapakku bercerita kalau ada tuan tanah yang mempersilahkan tanahnya untuk digarap tanpa sewa. Bapakku bercerita sambil mengasah mulut cangkul, terlihat dari parasnya ada harapan dari lahan yang tak seberapa luas. Adikku yang paling kecil memamerkan ayam piaraannya yang berjumlah tidak lebih dari sepuluh ekor, “Nanti kalo sudah besar, akan dijual untuk beli sepeda baru dan pasta gigi manis” begitu tuturnya.

Ibuku dengan wajah yang memerah sibuk membenahi perapian kayu bakar utnuk menanak nasi, “Jadi agak malas masak, gasnya udah beberapa minggu regulatornya rusak” tuturnya sedikit mengeluh.

Bapakku pamit berangkat ke kebun garapannya. Suara itu membangunkan lamunanku. Diam-diam aku mengikutinya di belakang dan bersama-sama membabat rumput liar yang tumbuh tinggi. Aku mencangkul tidak berhenti walau dengan hasil yang kurang berarti. “Bapak, hanya ini yang aku bisa bantu akan harapanmu terhadap ladang ini”. Suara hati itu, ya, suara itu yang tidak membiarkan diriku merasakan lelah.

Dan aku merasa sangat kerdil.


READ MORE - Merasa Kerdil

Minggu, 03 Maret 2013

Anak Muda Bukan Penonton Dalam Pembangunan Di Daerahnya


Ibarat sebuah permainan, dalam sebuah pembangunan daerah khususnya pembangunan di bidang ekonomi, pemuda masih menjadi penonton. Mereka belum bisa masuk ke dalam ranah permainan sebagai tim yang bermain dan berstrategi untuk menyajikan sebuah permaian cantik kemudian meraih kemenangan.


Kecamatan Gayam Kab. Bojonegoro yang baru berdiri pada pertengahan tahun 2012 merupakan pemekaran dari wilayah Kecamatan Ngasem. Wilayah Kecamatan Gayam adalah tempat di mana ekplorasi minyak dan gas dibangun oleh Mobil Cepu Limmited yang merupakan anak perusahaan dari Exxon Mobil. Keberadaan ekplorasi minyak dan gas di wilayah tersebut telah mengubah kawasan gersang tersebut menjadi kawasan yang sarat dengan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, masyarakat di sekitar wilayah tersebut yang bercorak masyarakat agraris, kehilangan banyak lahan sebagai elemen penting bagi perekonomian mereka.

Komposisi anak muda dengan rentang usia 15-25 tahun di wilayah tersebut merupakan komposisi penduduk paling banyak dibanding dengan rentang usia lainnya. Rentang usia tersebut merupakan usia produktif di mana dalam rentang usia tersebut idealnya digunakan sebagai waktu belajar dan bekerja.

Mobilisasi perkembangan daerah tersebut menjadi daerah ekplorasi minyak telah membawa perubahan dalam cara pandang sebagian besar pemuda. Mayoritas dari mereka ingin bekerja dalam proyek-proyek pembangunan sarana ekplorasi yang sifatnya temporal. Hampir tidak ditemukan kegiatan usaha mandiri yang dilakukan oleh pemuda-pemudi di wilayah tersebut.

Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang ada saat ini tidak diimbangi oleh pertumbuhan lapangan kerja yang tersedia. Hal ini tentu saja akan membawa berbagai dampak yang kurang positif terhadap anak muda. Sementara itu lapangan kerja non-sektor migas masih didominasi oleh mereka yang memiliki rentang usia 30-45 tahun. Jika kita membuat pengelompokan usia produktif dengan rentang usia 15-25 tahun, maka rentang usia itulah yang saat ini menjadi kelompok pengangguran paling besar.

Meski usaha kecil mampu menopang perekonomian sebuah negara berkembang, namun pada kenyataannya dorongan untuk melakukan sebuah inovasi usaha belum banyak terlihat dari sudut anak muda (15-25 tahun). Adapun jika kita menemukan anak muda yang kreatif dan telah memiliki usaha lebih banyak didominasi oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan mereka yang menerima turunan usaha dari keluarga.

Banyak faktor yang menjadikan anak muda tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan usaha, faktor dominan yang penulis lihat dalam pengamatan di antaranya adalah:

1.       Tidak adanya pemahaman tentang kewirausahaan;
2.       Faktor lingkungan yang melihat bekerja di sektor formal lebih memiliki status sosial;
3.       Kurangnya daya saing produk dari usaha pemuda;
4.       Kurangnya pemahaman pasar;
5.       Tidak adanya akses terhadap permodalan.

Kelima faktor di atas jika kita kelompokan terdiri dari faktor internal dan eksternal anak muda dan juga faktor sosial-psycho pemuda. Pemuda yang kami temui di Kecamatan Gayam lebih memilih bekerja di sektor non-formal dari pada menjadi pelaku ekonomi di daerahnya. Padahal daerah mereka merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi sangat cepat dalam dua tahun terakhir ini. Pesatnya kemajuan daerah mereka tidak terlepas dari ditemukannya sumber cadangan minyak yang diekplorasi oleh Mobil Cepu Limited (MCL).

Kesempatan untuk menjadi pelaku ekonomi bagi pemuda sebenarnya sangat terbuka luas, namun kesempatan itu lebih banyak dibaca oleh pelaku usaha dari daerah luar. Jika pun ada, kesempatan itu masih terbatas pada mereka yang memiliki power secara politis. Meski akses politis dapat sedikit membengkokan kaidah ekonomi, namun jika pemuda sanggup membuat produk yang lebih unggul dan berkualitas dengan mempertimbangkan sasaran pasar, tentu akan datang sebagai penguasa pasar.

Ada sebuah pandangan umum bahwa jika dapat bekerja di sektor pembangunan proyek ekplorasi merupakan sebuah kebanggaan, meski mereka hanya terlibat dalam pekerjaan yang non-skill dan temporer. Mereka yang berkesempatan bekerja di proyek akan segera memamerkan keberasilannya dengan mengambil kredit motor dengan jangka cicilan yang cukup panjang. Penampilan dari para pemuda yang berkesempatan bekerja di proyek inilah yang membuat para pemuda lain sangat bermimpi untuk dapat meraih hal yang sama dengan cara sama pula. Padahal, peluang untuk dapat hidup layak sangat mungkin dengan jalan menjadi pelaku ekonomi.

Seperti telah disinggung di atas, kredit motor yang dilakukan pemuda yang tidak seimbang antara tempo kontrak kerja dengan tempo cicilan motor telah banyak membawa permasalahan tersendiri bagi anak muda yang juga berdampak pada keluarga. Cicilan yang masih panjang sedangkan pendapatan berhenti seiring habisnya kontrak kerja, banyak dari mereka kembali menjual tanah pertanian keluarga mereka. Padahal  sebagian dari mereka sangat mengandalkan perekonomian dari sektor pertanian, dan tentu ini  segera membawa wajah baru kemiskinan.

Hampir setiap desa di Kecamatan Gayam memiliki Badan Keungan Desa (BKD) dan Kopwan, namun tidak satu orang pun pemuda yan menjadi anggota di lembaga tersebut. Ini berarti anak muda masih termarjinalkan untuk dapat mengakses permodalan yang banyak disokong oleh pemerintah; Jika pemerintah saja tidak terpikirkan untuk memfasilitasi modal bagi pemuda, apalagi swasta yang lebih selektif dalam memperhitungkan resiko.

Masalah Sosial Pemuda

Sementara ini, kegiatan yang dilakukan oleh pemuda berdasarkan pengamatan penulis hanya terbatas pada kegiatan kurang menguntungkan atau membuang waktu seperti kumpul-kumpul di warung kopi, Konvoi sepeda motor, billiard, dan kegiatan olah raga. Dalam kegiatan produktif, seperti pembangunan desa dan kegiatan berorientasi ekonomi keterlibatan pemuda di daerah tersebut sangatlah minim. Adapun kegiatan yang berorientasi sosial seperti karang taruna terbatas dalam event-event insidental seperti pada peringatan HUT-RI.

Literasi Pemimpin Pemuda

Merupakan sebuah permasalahan yang tidak bisa dianggap remeh yang sedang meliputi pemuda, mereka selalu menjadikan pemuda dari klan terkuat sebagai panutan dalam pergerakan mereka, meski ada ide pergerakan positif digagas oleh pemuda lain, namun jika tokoh sentral tidak berkenan, maka pemuda lainnya tidak akan berani mempertahankan opini apalagi menjalankannya.

Maka dari itu, model kepemimpinan konstruktif juga penting bagi pemuda. Tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa perubahan itu sendiri menjadi peranan teladan di semua tingkat, dari pada berfokus pada tokoh populer penting. Dengan cara demikian siapa saja yang menyebabkan perubahan bisa menjadi peranan teladan.

Keterampilan Pemuda

Industri minyak telah membawa fantasi tersendiri bagi pemuda di sekitarnya, kemudian mendorong mereka pada harapan akan pekerjaan yang tidak realistis di antara pemuda. Selanjutnya, kekurangan informasi telah mendorong pemuda ke dalam program pelatihan “popular”, seperti komputer, yang mana permintaannya terbatas, atau pada pelatihan yang kebutuhannya bersifat temporer seperti pelatihan safety dan sekapholding.
 
Pentingnya faktor-faktor dari segi permintaan tidak dapat dinilai rendah. Tanpa upaya untuk mendorong sektor pertanian dan sektor swasta non-migas, mengurangi pita merah birokrasi, perluasan sektor jasa, dan meningkatkan belanja pendatang akan warga sekitar, segala intervensi yang yang menargetkan kemungkinan untuk mempekerjakan pemuda atau efisiensi pasar buruh akan memiliki dampak terbatas. Setelah hal tersebut dilaksanakan, adalah menentukan bahwa segala analisis pengangguran pemuda harus ditinjau melalui pendekatan secara holistis dan realistis dengan mempertimbangkan relatifitas dari kekuatan dan kelemahan dinamika ekonomi dan pasar buruh di Bojonegoro.

Saya melihat bahwa sudah beberapa tahun ada pelatihan kejuruan yang didukung oleh MCL dengan pelaksana beberapa NGO yang pernah menjadi mitra. Akan tetapi hal ini tidak diterjemahkan menjadi kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Oleh karena tidak ada lapangan pekerjaan, tidak ada pekerjaan. Sekali lagi program-program pelatihan perlu diselaraskan dengan kesempatan ekonomi yang realistis, misalnya meningkatkan produktivitas pertanian dan ternak, sektor jasa, meubelir, tehnik bangunan. Saya pernah berkunjung terhadap kelompok pemudi yang membuat handycraft untuk kepentingan simulasi belajar PAUD dan souvenir, tetapi tidak ada pasar untuk hasil kerja mereka. Apresiasi dalam sikap konsumsi  berbagai pihak seperti swasta, pemerintah dan NGO adalah penting untuk meningkatkan kemampuan produksi serta kesempatan pasar bagi mereka.


READ MORE - Anak Muda Bukan Penonton Dalam Pembangunan Di Daerahnya