Gambar di bawah ini saya buat untuk semua orang yang memiliki ketertarikan terhadap dunia usaha, gambar ini sejatinya bukan hanya sebagai teori tetapi sangat mudah menuntun kita dalam hal melakukan langkah-langkah yang harus ditempuh ketika kita akan menjalankan atau masuk ke dalam dunia usaha. Mudah-mudahan ini juga dapat bermanfaat bagi para guru dan tutor yang mengajarkan ilmu kewirausahaan.
READ MORE - Akar Analisa Usaha (Brainstorming Startup Business)
Sabtu, 27 Oktober 2012
Jumat, 19 Oktober 2012
Mono Dialog
Salam untuk nurani Romdoni
"Kamu telah terlalu sibuk dengan segala beban kerja, sempatkanlah dirimu untuk melihat hal lain yang menyenangkan di luar sana". Dorongan batin itu akhir-akhir ini terus mencoba memprovokasi diri ini agar sedikit keluar dari kepenatan dan beban yang ada.
Jika dulu ketika diriku lebih banyak berjuang dengan tenaga untuk mengejar uang, dunia tulis-menulis adalah tempat rekreasi yang menyenangkan. Kalau bosan dengan itu, mengunjungi perpustakaan atau mengunjungi toko buku adalah alternatif yang tidak kalah ampuh mengusir kepenatan. Tapi kini, hari-hariku dipaksakan untuk selalu membaca dan memahami be-jubel teori dan mereduksinya menjadi materi edukasi bagi teman-teman yang menjadi relasi kerjaku. Huh... Terkadang aku harus memvisualkan apa yang aku baca dan aku pahami agar lebih mudah dimengerti oleh teman-temanku.
Kadang batinku menghakimi diriku, "Kamu ini terlalu perfeksionis"! Aku bukan perfeksionis, aku hanya mencoba mengejar mutu; elakku (yang kadang menang dan sering juga kalah). Konsumsi kafeinku akhir-akhir ini meningkat dua kali lipat, begitupun dengan tembakau; gara-gara seringnya perdebatan itu terjadi.
Aku sadar betul bahwa pekerjaanku saat ini tidak jauh berbeda dengan sekolah, banyak sekali yang aku pelajari. Hari-hariku selalu diisi oleh pengetahuan baru baik itu yang aku dapatkan sendiri maupun hasil sharing dengan teman sejawat.
Hobiku dulu kini telah menjadi rutinitasku. Aku merasa bahwa ada dua entitas batin dalam hidupku yang mereka sama sekali tidak bersatu. Kadang aku membentak satu batinku dengan batinku yang lain, dan kadang aku membentak dengan bahasa lain agar salah satu batinku tidak terlalu tersinggung "I love to laugh and let you watch me laughing. I just want you to know, that could be the happiest laughter I had". Ha....ha....
Ain't none of us are pure sane
and ain't none of us are pure crazy
Ha.....ha.....
READ MORE - Mono Dialog
"Kamu telah terlalu sibuk dengan segala beban kerja, sempatkanlah dirimu untuk melihat hal lain yang menyenangkan di luar sana". Dorongan batin itu akhir-akhir ini terus mencoba memprovokasi diri ini agar sedikit keluar dari kepenatan dan beban yang ada.
Jika dulu ketika diriku lebih banyak berjuang dengan tenaga untuk mengejar uang, dunia tulis-menulis adalah tempat rekreasi yang menyenangkan. Kalau bosan dengan itu, mengunjungi perpustakaan atau mengunjungi toko buku adalah alternatif yang tidak kalah ampuh mengusir kepenatan. Tapi kini, hari-hariku dipaksakan untuk selalu membaca dan memahami be-jubel teori dan mereduksinya menjadi materi edukasi bagi teman-teman yang menjadi relasi kerjaku. Huh... Terkadang aku harus memvisualkan apa yang aku baca dan aku pahami agar lebih mudah dimengerti oleh teman-temanku.
Kadang batinku menghakimi diriku, "Kamu ini terlalu perfeksionis"! Aku bukan perfeksionis, aku hanya mencoba mengejar mutu; elakku (yang kadang menang dan sering juga kalah). Konsumsi kafeinku akhir-akhir ini meningkat dua kali lipat, begitupun dengan tembakau; gara-gara seringnya perdebatan itu terjadi.
Aku sadar betul bahwa pekerjaanku saat ini tidak jauh berbeda dengan sekolah, banyak sekali yang aku pelajari. Hari-hariku selalu diisi oleh pengetahuan baru baik itu yang aku dapatkan sendiri maupun hasil sharing dengan teman sejawat.
Hobiku dulu kini telah menjadi rutinitasku. Aku merasa bahwa ada dua entitas batin dalam hidupku yang mereka sama sekali tidak bersatu. Kadang aku membentak satu batinku dengan batinku yang lain, dan kadang aku membentak dengan bahasa lain agar salah satu batinku tidak terlalu tersinggung "I love to laugh and let you watch me laughing. I just want you to know, that could be the happiest laughter I had". Ha....ha....
Ain't none of us are pure sane
and ain't none of us are pure crazy
Ha.....ha.....
Sabtu, 21 Juli 2012
Saur Pertama, Membyangkan Menu Oseng-Oseng Mesin ATM
Lama sekali tidak berceloteh di blog ini, entah pernah ada
yang berkunjung atau tidak, itu tak terlalu penting. Dalam beberapa bulan ini
ternyata diriku disibukan dengan berbagai pekerjaan yang sangat berjubel. Dari mulai
membangun akses dengan pemerintah, membangun akses dengan micro finance, sampai dengan perusahaan-perusahaan yang ada di
sekitar Bojonegoro. Belum lagi semuanya terbangun, kembali datang work plan bulan berikutnya yang
mengharuskan saya untuk melakukan market
assessment. Semuanya itu tidak lain adalah buah dari proposal yang sangat
sempurna untuk dapat dilirik oleh pihak donor (menurutku terlal muluk).
Dalam rentang satu tahun yang hanya tinggal sekitar tujuh
bulan waktu efektif, tim kami yang terdiri dari empat orang harus memenuhi tiga
pencapaian program. Pencapaian pertama, ialah membangun jiwa kewirausahaan
pemuda di enam desa di Kecamatan Ngasem serta mendampingi mereka dalam hal
membangun bisnis. Setelah mereka mendapatkan literasi tentang kewirausahaan,
tim kami harus memfasilitasi mereka untuk mendapatkan akses permodalan dari micro finance lokal. Pencapaian kedua,
ialah membantu memfasilitasi pemuda yang sedang dalam masa transisi dari
sekolah ke dunia kerja. Terakhir adalah membangun jiwa kepemimpinan pemuda agar
lebih peka terhadap lingkungan dan penguatan kapasitas karang taruna di desa-desa
sasaran kita.
Bisa terbayang dari target capaian tersebut di atas,
bagaimana turunan-turunan proses untuk dapat mewujudkannya. Huh…luar biasa! Saya
tidak mempunyai latar belakang sebagai ekonom, atau paling tidak mendapatkan
kuliah tentang ekonomi, perbangkan, koperasi, wirausaha, perencanaan bisnis,
alur kas, dan lain sebagainya. Saya hanya pernah mendampingi kegiatan usaha
anak muda pesantren untuk berwirausaha dan membangun kelompok usaha kelas desa
yang mendapatkan SIUP dari dinas kabupaten. Selain berkutat dengan teori,
istilah, dan konsep-konsep ekonomi; ternyata saya juga masih harus belajar
banyak tentang bagaimana penyajian data yang padat sederhana (statistik kuatitatif)
namun mumet untuk dikerjakan.
Akibat kombinasi kerja antara lapangan dan ruangan, tidak
jarang menghabiskan malam saya untuk mendeskripsikan segala yang saya dapat di siang
hari pada malam harinya. Tidak jarang dalam menyajikan temuan lapangan saya
harus bertemu pagi sebelum memejamkan mata (ha…ha… teringat seperti pada
saat-saat kebut skripsi). Seperti malam
menjelang hari pertama puasa tahun ini misalnya, saya mencicil laporan sampai hampir
lupa jika Ramadhan tiba. Oh jika saja ada yang melihat hilal di hari minggu, mungkin
kejadian menyebalkan di subuh ini tidak akan terjadi!
Karena panik saat melihat jam yang hampir menunjukan jam 4,
saya buru-buru menhidupkan teko listrik saya untuk membuat kopi. Satu hal sudah
saya kerjakan. Kemudian merogoh-rogoh saku untuk menemukan uang tunai, ternyata
saya sudah tidak mempunyai uang tunai. Dengan terburu saya loncat keluar kamar
kos dengan modal satu keping ATM. Tiba di ATM saya segera memasukan kartu saya
ke mesin tanpa melihat layar terlebih dahulu. Ketika kartu ditelan, saya baru
melihat bahwa layar mesin ATM tidak seperti biasanya. Eror. Saya tekan berbagai
tombol berusaha mengeluarkan, namun tak berhasil. Dengan kesal dan panik, saya
meluncur menuju kantor cabang bank tersebut. Dengan mimik panik saya melapor
pada satpam yang berjaga di sana dan meminta agar ATM saya dapat dikeluarkan
dari perut mesin.
“Maaf pak, kami hanya bisa memperoses itu pada hari kerja” tuturnya
dengan gaya bahasa halus, namun tidak memuaskan.
Campur aduk untuk memastikan bahwa saldo saya akan aman dan
ingatan akan teko listrik yang mungkin airnya sudah kering. “Oh….BUMN kapan kau
berubah” gerutuku dalam hati sambil melesat pergi menuju kos.
Benar saja dugaanku, air untuk membuat kopi hampir habis. Aku
sempatkan untuk menuangkan air ke adonan kopi yang telah saya buat. Saya mengeluarkan
semua kartu ATM yang ada di dompet, takut jika ATM satu bermasalah lagi, saya bisa
pindah ke lain ATM tanpa harus balik kos (jangan bertanya kenapa saya hanya
membawa kartunya saja, saya sedang mengenkan celana tidur waktu itu). Mesin ATM
paling dekat menyediakan uang dengan pecahan Rp. 100.000. Sebenarnya saya lebih
senang dengan pecahan Rp. 50.000 karena bisa dibelanjakan di warung kecil tanpa
perasaan gak enak. Benar saja dugaanku waktuku terbuang cukup banyak untuk
menunggu kembalian dari pemilik warung.
Setibanya di kos, dari salah satu mesjid memberitahu bahwa
adzan tinggal lima menit lagi. Pilihan yang sangat membingungkan ketika arus
memilih menikmati sebatang rokok dengan kopi atau nasi bungkus? Akhirnya aku
harus memutuskan salah satu. Dan ketika celotehan ini ditulis, perutku begitu
lapar dan nasi bungkus yang saya beli tadi subuh begitu menggoda. L
Senin, 21 Mei 2012
Tempat Baru Suasana Baru
Setelah beberapa hari bekerja dengan sedikit kekakuan dan sedikit kebingungan, akhirnya telah ada keputusan untuk pemberangkatan diriku ke tempat kegiatan program, tepatnya Bojonegoro sebuah kota kecil di sebelah barat Surabaya. Selama satu minggu ini, di kantor saya hanya menyiapkan data primer yang saya dapatkan dari internet, tentu saja dengan disesuaikan dengan harapan capaian yang termaktub dalam grand proposal. Saya banyak bertemu dengan banyak orang yang memiliki konsep sangat bagus dalam hal kemanusian beserta kemampuan untuk mengaplikasikannya. banyak dari mereka adalah lulusan universitas-universitas top negeri ini.
Mereka tampak energik dan dinamis dengan sejuta ide kreatif yang siap ditumpahkan dalam sebuah konsep dan program praktis. Berbicara dalam bahasa Inggris seperti menjadi bahasa ibu di kantor ini (sedikit mengebiri kepercayaan diri untuk ikut aktif).
Saya masih sangat senang dengan suasana ruangan dengan mereka yang mampu mengeksplorasi kenyataan menembus batas sekat-sekat furniture yang memisahkan individu dan tim. Kini aku tersadar bahwa kompetisi itu menyenangkan dan menjadikan kita sebagai bagian dari para pengejar perubahan.
READ MORE - Tempat Baru Suasana Baru
Mereka tampak energik dan dinamis dengan sejuta ide kreatif yang siap ditumpahkan dalam sebuah konsep dan program praktis. Berbicara dalam bahasa Inggris seperti menjadi bahasa ibu di kantor ini (sedikit mengebiri kepercayaan diri untuk ikut aktif).
Saya masih sangat senang dengan suasana ruangan dengan mereka yang mampu mengeksplorasi kenyataan menembus batas sekat-sekat furniture yang memisahkan individu dan tim. Kini aku tersadar bahwa kompetisi itu menyenangkan dan menjadikan kita sebagai bagian dari para pengejar perubahan.
Rabu, 02 Mei 2012
Strategi Persuasif Peningkatan Penjualan yang Menyerang Alam Bawah Sadar
He...he.... Judulnya sengaja saya buat sedikit
formal dan hiperbol demi peningkatan pengunjung pada blog saya.
Ini trik tercerdik. Para pengelola memasang snack dan makanan kecil di samping kasir setinggi mata anak balita. Balita yang ikut mengantri dengan orangtua tentu akan sangat tergoda dan meminta kepada orangtuanya untuk dibelikan snack tersebut.
2. Tidak Semua Kasir Aktif;
Ini juga trik cerdik. Dengan jumlah kasir yang sedikit akan mulai terjadi antrian, biasanya pengelola pasar swalayan mempunyai pedoman bahwa panjang antrian harus sejumlah 7-9 orang. Jumlah antrian ini akan membuat pengunjung merasa pusat perbelanjaan tersebut adalah pusat perbelanjaan yang ramai. Selain itu sambil mengantri mereka juga akan melihat-lihat etalase di samping kasir, antrian ini memperbesar kemungkinan mereka untuk membelinya.
3. Ubin Ukuran 30 x 30
Mungkin anda sudah pernah berkunjung ke Ma**o ataupun Af**, harga mereka bersaing, pengunjungnya dulu juga banyak, tetapi mengapa mereka merugi? Jawabannya ada pada ubin mereka. Mereka menggunakan cor semen polos untuk lantai mereka. Hal ini menyebabkan para pengunjung yang berkunjung secara tidak sadar berjalan dengan cepat. Berbeda dengan pesaingnya semacam Hyper***, mereka menggunakan ubin ukuran 30×30, menurut riset inilah ukuran yang paling tepat untuk membuat para pengunjung memperlambat langkah mereka dan menengok kanan kiri, para pengunjung akan memperlambat langkah mereka karena mereka secara tidak sadar mengalami guncangan-guncangan karena roda troli mereka melewati sambungan ubin.
4. Memperbesar Budget Pembeli
Pembeli datang dengan batasan tertentu “Hari ini Cuma boleh belanja Rp 300.000,00”, namun tentu saja pembeli tidak mungkin hanya membawa Rp 300.000,00 kan? Bahkan pada umumnya pembeli juga membawa ATM atau kartu kredit.
Bagaimana cara memperbesar budget pembeli? Ternyata mudah.. Gunakan harga yang tidak pas seperti Rp 12.890,00. Saat kita melihat satu harga seperti ini kita akan langsung sadar bahwa sebenarnya harganya adalah Rp 13.000, rupiah. Namun dengan banyaknya barang yang dbeli (dan seringkali untuk satu jenis tidak hanya satu), secara tidak sadar ketika menjumlahkannya pembeli akan membulatkannya menjadi Rp 12.000,00. Dan ketika membayar prmbeli baru menyadari karena uangnya menjadi kurang.
5. Merubah letak barang-barang secara berkala
Pembeli datang dengan daftar belanjaan. Itulah yang paling ditakuti para pengelola pasar swalayan. Tapi ternyata mereka tidak kekurangan akal. Rotasi saja letak rak-rak secara berkala. Hal ini akan membuat pembeli harus mencari letak barang yang dibeli, saat mencari barang yang akan dibeli tentu saja pembeli juga harus melewati barang-barang lain, di sinilah pikiran pembeli mulai termanipulasi untuk membeli barang yang tidak diperlukan karena terpengaruh tulisan “disc” dan “buy 1 get 1”
Itulah yang saya temukan dari teknik peningkatan penjualan mereka yang sering tidak kita sadari. Satu lagi, senyum perempuan cantik sebagai kasir sering tersenyum dan menawarkan pulsa juga sering mengganggu gengsi saya sebagai laki-laki. Inilah trik pasar yang sempurna di mana bisa menyerang sisi behavior manusia.
Sebagai kata penutup dari saya "jika kamu tahu bahwa konsumen itu bernafsu untuk membeli, maka janganlah terlihat bernafsu untuk menawarkan".
READ MORE - Strategi Persuasif Peningkatan Penjualan yang Menyerang Alam Bawah Sadar
Pengalaman menjadi sales, adalah pengalaman yang
sangat berharga bagi diri saya. Menjadi sales sama dengan menjadi pembelajar
tiada henti, meskipun ada kaidah-kaidah baku untuk pembimbingan penjualan,
namun dinamika lapangan menuntut saya untuk menjadi seorang spontanitas yang
cerdas. Membaca prilaku seseorang, membaca track
bisnis, membaca kondisi sekitar, memperhatikan cuaca, menerawang latar belakang
etnis; adalah gabungan analisa yang harus segera saya dapatkan setelah melempar
senyum dan mengucapkan “Selamat” seperti “selamat pagi".
Kebiasaan membaca konsumen selagi saya pada posisi penjual,
ternyata juga terbawa ketika saya
menjadi konsumen dan mencoba membaca strategi berjualan produsen. Dari hasil
pembacaan saya terhadap beberapa swalayan yang saya kunjungi, ternyta ada
teknik peningkatan penjualan terhadap konsumenyang jarang disadari oleh
konsumen, di antara yang saya temukan adalah:
1. Memajang Snack dan Permen Di Samping Kasir;Ini trik tercerdik. Para pengelola memasang snack dan makanan kecil di samping kasir setinggi mata anak balita. Balita yang ikut mengantri dengan orangtua tentu akan sangat tergoda dan meminta kepada orangtuanya untuk dibelikan snack tersebut.
2. Tidak Semua Kasir Aktif;
Ini juga trik cerdik. Dengan jumlah kasir yang sedikit akan mulai terjadi antrian, biasanya pengelola pasar swalayan mempunyai pedoman bahwa panjang antrian harus sejumlah 7-9 orang. Jumlah antrian ini akan membuat pengunjung merasa pusat perbelanjaan tersebut adalah pusat perbelanjaan yang ramai. Selain itu sambil mengantri mereka juga akan melihat-lihat etalase di samping kasir, antrian ini memperbesar kemungkinan mereka untuk membelinya.
3. Ubin Ukuran 30 x 30
Mungkin anda sudah pernah berkunjung ke Ma**o ataupun Af**, harga mereka bersaing, pengunjungnya dulu juga banyak, tetapi mengapa mereka merugi? Jawabannya ada pada ubin mereka. Mereka menggunakan cor semen polos untuk lantai mereka. Hal ini menyebabkan para pengunjung yang berkunjung secara tidak sadar berjalan dengan cepat. Berbeda dengan pesaingnya semacam Hyper***, mereka menggunakan ubin ukuran 30×30, menurut riset inilah ukuran yang paling tepat untuk membuat para pengunjung memperlambat langkah mereka dan menengok kanan kiri, para pengunjung akan memperlambat langkah mereka karena mereka secara tidak sadar mengalami guncangan-guncangan karena roda troli mereka melewati sambungan ubin.
4. Memperbesar Budget Pembeli
Pembeli datang dengan batasan tertentu “Hari ini Cuma boleh belanja Rp 300.000,00”, namun tentu saja pembeli tidak mungkin hanya membawa Rp 300.000,00 kan? Bahkan pada umumnya pembeli juga membawa ATM atau kartu kredit.
Bagaimana cara memperbesar budget pembeli? Ternyata mudah.. Gunakan harga yang tidak pas seperti Rp 12.890,00. Saat kita melihat satu harga seperti ini kita akan langsung sadar bahwa sebenarnya harganya adalah Rp 13.000, rupiah. Namun dengan banyaknya barang yang dbeli (dan seringkali untuk satu jenis tidak hanya satu), secara tidak sadar ketika menjumlahkannya pembeli akan membulatkannya menjadi Rp 12.000,00. Dan ketika membayar prmbeli baru menyadari karena uangnya menjadi kurang.
5. Merubah letak barang-barang secara berkala
Pembeli datang dengan daftar belanjaan. Itulah yang paling ditakuti para pengelola pasar swalayan. Tapi ternyata mereka tidak kekurangan akal. Rotasi saja letak rak-rak secara berkala. Hal ini akan membuat pembeli harus mencari letak barang yang dibeli, saat mencari barang yang akan dibeli tentu saja pembeli juga harus melewati barang-barang lain, di sinilah pikiran pembeli mulai termanipulasi untuk membeli barang yang tidak diperlukan karena terpengaruh tulisan “disc” dan “buy 1 get 1”
Itulah yang saya temukan dari teknik peningkatan penjualan mereka yang sering tidak kita sadari. Satu lagi, senyum perempuan cantik sebagai kasir sering tersenyum dan menawarkan pulsa juga sering mengganggu gengsi saya sebagai laki-laki. Inilah trik pasar yang sempurna di mana bisa menyerang sisi behavior manusia.
Sebagai kata penutup dari saya "jika kamu tahu bahwa konsumen itu bernafsu untuk membeli, maka janganlah terlihat bernafsu untuk menawarkan".
Jumat, 27 April 2012
Memetik Hikmah Dalam Peliknya Pekerjaan
Tanggal 25 April 2012 kemarin adalah hari paling
istimewa dan cukup bersejarah dalam kehidupan saya. Bagaimana tidak, hari itu
adalah hari pertama secara formal saya menerima gaji dari hasil pekerjaan saya
sebagai Sales Representaive di salah
satu bank terkemuka di Indonesia.
READ MORE - Memetik Hikmah Dalam Peliknya Pekerjaan
Pekerjaan yang saya lakukan memang tampak mudah,
namun memerlukan effort tingkat
tinggi untuk tetap bisa bertahan. Pekerjaan semacam ini sebenarnya bisa
dilakukan oleh mereka yang hanya tamatan dari sekolah menengah, hal ini karena
jenis pekerjaannya yang dilakukan di lapangan dan hanya menjual produk dengan
sedikit kewajiban untuk menyelesaikan administrasi.
Meski demikian, pekerjaan ini telah membawa wajah
baru bagi saya. Hal pertama yang saya pelajari adalah pembiasaan diri untuk
bangun pagi dan mengatur waktu untuk sampai tiba di tempat kerja tepat waktu.
Kedua, saya mulai membiasakan diri dengan tekanan untuk pencapaian target dari
kepala cabang agar cabang di mana saya bekerja tidak menjadi incaran makian area atau kanwil. Adakalanya pada saat pertemuan pagi saya diberi tepuk tangan,
dan adakalanya saya disemprot makian dan ocehan tawa dari seluruh rekanan.
“Berpa pencapaian kamu Doni?” pertanyaan rutin
kepala cabang saat pertemuan. Pernah dalam minggu pertama saya bekerja, saya
tidak satupun menemukan nasabah atau merchant
yang ingin memasang Electronic Data
Chapter (EDC). “Dalam seminggu kamu NOOL” pengucapan kata nol dengan
penekanan khas Sumatera Utara menjadi kata paling familiar hingga saat ini.
Saya masuk ke bank tersebut melalui pihak ketiga
atau outsourcing, dan saya menyadari
adanya perbedaan jarak dan harga antara kami yang melalui outsource dan mereka yang organik. Kinerja saya tak ubahnya dengan
kinerja mesin foto copy di perusahaan tersebut, ketika mesin itu bisa terpakai,
maka mesin itu akan terus disewa, dan ketika mesin itu rusak, maka
dikembalikan.
Saya menyadari tidak ada jenjang karir atau packlaring yang bagus dengan pekerjaan
sekarang ini, namun saya menemukan keuntungan lain selain dari gaji dalam
pekerjaan ini. Saya selalu bertanya pada officer
tentang pengertian cek, giro, deposit, RTGS dan istilah-istilah bank lainya. Saya
menganggap ini adalah keuntungan terbesar bagi saya.
Menjadi sales tak ubahnya seperti kita berperan
menjadi custumer. Di sini pula saya belajar tentang bagaimana sebuah pelayanan.
Pernah saya mendapatkan pelayanan yang sangat ramah dari seorang yang saya
tawari EDC di suatu mall di bilangan Kuningan, meski ia tidak terpengaruh dan
tidak ingin memasang mesin EDC di tempat usahanya, ia menghargai saya sebagai
orang profesi. Ia begitu ramah dan sahaja, menyodorkan air minum kemasan gelas
ketika suara saya serak. Di luar alam sadar saya waktu itu, justru saya yang
ingin membeli produknya apabila saya mampu. Dan di dalam alam sadar saya, saya
meminta brosur promosi toko tersebut ketika saya hendak pamit, kemudian saya
perbanyak dengan fasilitas kantor dan menyebarkanya sembari saya terus
memasarkan EDC. Ini mungkin salah satu contoh, bahwa keikhlasan adalah metode
komunikasi persuasif yang paling akurat.
Saya ikhlas menjalankan pekrjaan ini meski sangat
jauh dari apa yang saya pelajari, dari apa yang saya tekuni. Namun jika ini
jalan sementara untuk perbaikan kualitas pribadi, maka saya ingin membuang
banyak mimpi dalam kehidupan ini, dan mencoba setiap kesempatan yang
menghampiri.
Kembali seperti saya ungkapkan di atas. Jika memang
kemampuan atau tenaga manusia kini tak ubahnya seperti mesin foto copy, bagaimana
kalau aku bisa seperti foto copy yang mampu mengkopi 5 lembar per second. Ada
yang mau menyewa saya?
Senin, 09 April 2012
Nasib Sales
Hari ini kembali aku mengitari Jakarta dan daerah pinggirannya seperti Ciledug, kreo, Jombang dan Ciputat. Hari-hariku kini memerlukan effort dosis tinggi untuk satu keyakinan bahwa akan ada nasabah yang mau bekerja sama memasang mesin Electronic Data Chapter (EDC) di tempat usaha mereka. Berbagai jenis toko dan tempat usaha jasa lainnya aku datangi, namun setiap menawarkan di situ pula ada penolakan. Huh! berat juga kerja jadi sales.
READ MORE - Nasib Sales
Namun dari pekerjaan ini saya bisa lebih mengambil hikmah. Lewat pekerjaan ini saya tahu betapa rumitnya sistem penomeran alamat di Jakarta, saya juga menjadi tahu berbagai karakteristik pengusaha, dan satu hal yang penting; saya terbiasa dengan penolakan.
Langganan:
Postingan (Atom)