Ibarat sebuah permainan, dalam sebuah pembangunan daerah khususnya pembangunan di bidang ekonomi, pemuda masih menjadi penonton. Mereka belum bisa masuk ke dalam ranah permainan sebagai tim yang bermain dan berstrategi untuk menyajikan sebuah permaian cantik kemudian meraih kemenangan.
Kecamatan Gayam Kab. Bojonegoro
yang baru berdiri pada pertengahan tahun 2012 merupakan pemekaran dari wilayah
Kecamatan Ngasem. Wilayah Kecamatan Gayam adalah tempat di mana ekplorasi
minyak dan gas dibangun oleh Mobil Cepu Limmited yang merupakan anak perusahaan
dari Exxon Mobil. Keberadaan ekplorasi minyak dan gas di wilayah tersebut telah
mengubah kawasan gersang tersebut menjadi kawasan yang sarat dengan pertumbuhan
ekonomi. Di sisi lain, masyarakat di sekitar wilayah tersebut yang bercorak
masyarakat agraris, kehilangan banyak lahan sebagai elemen penting bagi
perekonomian mereka.
Komposisi anak muda dengan
rentang usia 15-25 tahun di wilayah tersebut merupakan komposisi penduduk paling
banyak dibanding dengan rentang usia lainnya. Rentang usia tersebut merupakan
usia produktif di mana dalam rentang usia tersebut idealnya digunakan sebagai
waktu belajar dan bekerja.
Mobilisasi perkembangan daerah
tersebut menjadi daerah ekplorasi minyak telah membawa perubahan dalam cara
pandang sebagian besar pemuda. Mayoritas dari mereka ingin bekerja dalam
proyek-proyek pembangunan sarana ekplorasi yang sifatnya temporal. Hampir tidak
ditemukan kegiatan usaha mandiri yang dilakukan oleh pemuda-pemudi di wilayah
tersebut.
Tingkat pertumbuhan angkatan
kerja yang ada saat ini tidak diimbangi oleh pertumbuhan lapangan kerja yang
tersedia. Hal ini tentu saja akan membawa berbagai dampak yang kurang positif
terhadap anak muda. Sementara itu lapangan kerja non-sektor migas masih didominasi
oleh mereka yang memiliki rentang usia 30-45 tahun. Jika kita membuat
pengelompokan usia produktif dengan rentang usia 15-25 tahun, maka rentang usia
itulah yang saat ini menjadi kelompok pengangguran paling besar.
Meski usaha kecil mampu menopang
perekonomian sebuah negara berkembang, namun pada kenyataannya dorongan untuk
melakukan sebuah inovasi usaha belum banyak terlihat dari sudut anak muda
(15-25 tahun). Adapun jika kita menemukan anak muda yang kreatif dan telah
memiliki usaha lebih banyak didominasi oleh mereka yang memiliki latar belakang
pendidikan tinggi dan mereka yang menerima turunan usaha dari keluarga.
Banyak faktor yang menjadikan
anak muda tidak memiliki kemampuan untuk menciptakan usaha, faktor dominan yang
penulis lihat dalam pengamatan di antaranya adalah:
1.
Tidak adanya pemahaman tentang kewirausahaan;
2.
Faktor lingkungan yang melihat bekerja di sektor
formal lebih memiliki status sosial;
3.
Kurangnya daya saing produk dari usaha pemuda;
4.
Kurangnya pemahaman pasar;
5.
Tidak adanya akses terhadap permodalan.
Kelima faktor di atas jika kita
kelompokan terdiri dari faktor internal dan eksternal anak muda dan juga faktor
sosial-psycho pemuda. Pemuda yang kami temui di Kecamatan Gayam lebih memilih
bekerja di sektor non-formal dari pada menjadi pelaku ekonomi di daerahnya.
Padahal daerah mereka merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi sangat cepat
dalam dua tahun terakhir ini. Pesatnya kemajuan daerah mereka tidak terlepas
dari ditemukannya sumber cadangan minyak yang diekplorasi oleh Mobil Cepu
Limited (MCL).
Kesempatan untuk menjadi pelaku
ekonomi bagi pemuda sebenarnya sangat terbuka luas, namun kesempatan itu lebih
banyak dibaca oleh pelaku usaha dari daerah luar. Jika pun ada, kesempatan itu
masih terbatas pada mereka yang memiliki power secara politis. Meski akses
politis dapat sedikit membengkokan
kaidah ekonomi, namun jika pemuda sanggup membuat produk yang lebih unggul dan
berkualitas dengan mempertimbangkan sasaran pasar, tentu akan datang sebagai
penguasa pasar.
Ada sebuah pandangan umum bahwa
jika dapat bekerja di sektor pembangunan proyek ekplorasi merupakan sebuah
kebanggaan, meski mereka hanya terlibat dalam pekerjaan yang non-skill dan
temporer. Mereka yang berkesempatan bekerja di proyek akan segera memamerkan
keberasilannya dengan mengambil kredit motor dengan jangka cicilan yang cukup
panjang. Penampilan dari para pemuda yang berkesempatan bekerja di proyek
inilah yang membuat para pemuda lain sangat bermimpi untuk dapat meraih hal
yang sama dengan cara sama pula. Padahal, peluang untuk dapat hidup layak
sangat mungkin dengan jalan menjadi pelaku ekonomi.
Seperti telah disinggung di atas,
kredit motor yang dilakukan pemuda yang tidak seimbang antara tempo kontrak
kerja dengan tempo cicilan motor telah banyak membawa permasalahan tersendiri
bagi anak muda yang juga berdampak pada keluarga. Cicilan yang masih panjang
sedangkan pendapatan berhenti seiring habisnya kontrak kerja, banyak dari
mereka kembali menjual tanah pertanian keluarga mereka. Padahal sebagian dari mereka sangat mengandalkan
perekonomian dari sektor pertanian, dan tentu ini segera membawa wajah baru kemiskinan.
Hampir setiap desa di Kecamatan
Gayam memiliki Badan Keungan Desa (BKD) dan Kopwan, namun tidak satu orang pun
pemuda yan menjadi anggota di lembaga tersebut. Ini berarti anak muda masih
termarjinalkan untuk dapat mengakses permodalan yang banyak disokong oleh pemerintah;
Jika pemerintah saja tidak terpikirkan untuk memfasilitasi modal bagi pemuda,
apalagi swasta yang lebih selektif dalam memperhitungkan resiko.
Masalah Sosial Pemuda
Sementara ini, kegiatan yang
dilakukan oleh pemuda berdasarkan pengamatan penulis hanya terbatas pada
kegiatan kurang menguntungkan atau membuang waktu seperti kumpul-kumpul di
warung kopi, Konvoi sepeda motor, billiard, dan kegiatan olah raga. Dalam
kegiatan produktif, seperti pembangunan desa dan kegiatan berorientasi ekonomi
keterlibatan pemuda di daerah tersebut sangatlah minim. Adapun kegiatan yang
berorientasi sosial seperti karang taruna terbatas dalam event-event insidental
seperti pada peringatan HUT-RI.
Literasi Pemimpin Pemuda
Merupakan sebuah permasalahan
yang tidak bisa dianggap remeh yang sedang meliputi pemuda, mereka selalu
menjadikan pemuda dari klan terkuat sebagai panutan dalam pergerakan mereka,
meski ada ide pergerakan positif digagas oleh pemuda lain, namun jika tokoh
sentral tidak berkenan, maka pemuda lainnya tidak akan berani mempertahankan
opini apalagi menjalankannya.
Maka dari itu, model kepemimpinan
konstruktif juga penting bagi pemuda. Tetapi yang lebih penting lagi adalah
bahwa perubahan itu sendiri menjadi peranan teladan di semua tingkat, dari pada
berfokus pada tokoh populer penting. Dengan cara demikian siapa saja yang
menyebabkan perubahan bisa menjadi peranan teladan.
Keterampilan Pemuda
Industri minyak telah membawa
fantasi tersendiri bagi pemuda di sekitarnya, kemudian mendorong mereka pada
harapan akan pekerjaan yang tidak realistis di antara pemuda. Selanjutnya,
kekurangan informasi telah mendorong pemuda ke dalam program pelatihan
“popular”, seperti komputer, yang mana permintaannya terbatas, atau pada
pelatihan yang kebutuhannya bersifat temporer seperti pelatihan safety dan
sekapholding.
Pentingnya faktor-faktor dari
segi permintaan tidak dapat dinilai rendah. Tanpa upaya untuk mendorong sektor
pertanian dan sektor swasta non-migas, mengurangi pita merah birokrasi, perluasan
sektor jasa, dan meningkatkan belanja pendatang akan warga sekitar, segala
intervensi yang yang menargetkan kemungkinan untuk mempekerjakan pemuda atau
efisiensi pasar buruh akan memiliki dampak terbatas. Setelah hal tersebut
dilaksanakan, adalah menentukan bahwa segala analisis pengangguran pemuda harus
ditinjau melalui pendekatan secara holistis dan realistis dengan
mempertimbangkan relatifitas dari kekuatan dan kelemahan dinamika ekonomi dan
pasar buruh di Bojonegoro.
Saya melihat bahwa sudah beberapa
tahun ada pelatihan kejuruan yang didukung oleh MCL dengan pelaksana beberapa
NGO yang pernah menjadi mitra. Akan tetapi hal ini tidak diterjemahkan menjadi
kegiatan rekonstruksi dan rehabilitasi. Oleh karena tidak ada lapangan
pekerjaan, tidak ada pekerjaan. Sekali lagi program-program pelatihan perlu
diselaraskan dengan kesempatan ekonomi yang realistis, misalnya meningkatkan
produktivitas pertanian dan ternak, sektor jasa, meubelir, tehnik bangunan.
Saya pernah berkunjung terhadap kelompok pemudi yang membuat handycraft untuk
kepentingan simulasi belajar PAUD dan souvenir, tetapi tidak ada pasar untuk
hasil kerja mereka. Apresiasi dalam sikap konsumsi berbagai pihak seperti swasta, pemerintah dan
NGO adalah penting untuk meningkatkan kemampuan produksi serta kesempatan pasar
bagi mereka.
0 komentar:
Posting Komentar