Aku terperdaya oleh senyumnya yang ranum dan manja, tapi aku
juga terlena oleh kematangan dan kesabaran dari dia yang menjadi pertama namun
seolah yang kedua. Aku selalu berkata dengan balutan keindahan sutera untuk
menutupi belacu yang menjadi isinya. Entah kalian mempercayaiku atau justru
kalian tertawa terbahak melihat kehampaanku karena terisi dua jiwa.
Kalian berdua seperti telaga bening kembar di tengah sahara,
aku pengembara yang tak mampu menimba. Entah itu karena dasar kalian yang
begitu dalam atau malah kalian hanya fatamorgana yang mengaburkan oase yang
sedang kucari.
Dengannya, pernah ku ukir namanya dan namaku bersandingan
dengan hiasan rerumputan liar pantai samudra hindia. Kami berlari menghindari
ombak yang menyapu ukiran pasir kami.
Dengan dia, aku pernah mengeja kehidupan ibukota, dia
mengajarkanku untuk tetap bahagia, menemaniku dalam cibiran manusia Jakarta,
sehingga aku merasa jadi manusia atau bahkan raja.
Ah kalian……
Kalian tahu aku adalah pemintal kebohongan
Apakah sulaman kata-kataku seperti renda makna yang sulit
kalian lupa
Padahal aku tak pernah mengingat semua
Keinginan dan nafsu yang merajai kita memang selalu mengejar keinginan yang tidak pernah puas sampai lupa bersyukur kepada-Nya.
BalasHapusBelajarlah dari alam mu.
Tanah yang kau injak memang sangat menjijikkan, kotor dan seringkali kau maki ketika menempel pada sepatu ber-merk-mu tapi tentu dia tidak kehilangan eksistensinya, tidak kehilangan ruhnya karena ia dengan senang hati menopangmu di dunia ini.
Mulailah bersyukur atas hal apapun mulai detik ini juga...
BalasHapusTerimakasih Tuhan Saya bahagia, terimakasih Tuhan Saya dicintai, terimakasih Tuhan atas segala-galanya.
*Luv Secilia Amarta Madina 27042007*